Mei 2024

 

Sekolah Siaga Kependudukan (SSK) adalah sekolah yang mengintegrasikan pendidikan kependudukan dan keluarga berencana ke dalam beberapa mata pelajaran sebagai pengayaan materi pembelajaran yang di dalamnya terdapat materi tentang kependudukan sebagai salah satu sumber belajar peserta didik sebagai upaya pembentukan pembangunan. Hal tersebut bertujuan agar guru dan peserta didik dapat mengetahui isu kependudukan serta guru diharapkan mampu mengintegrasikan isu kependudukan ke dalam pembelajaran sesuai kurikulum yang berlaku.

Pada tahun 2024 ini SMP N 14 Surakarta berhasil meraih Juara 1 tingkat Provinsi Jawa Tengah sebagai Sekolah Siaga Kependudukan (SSK), dan dalam waktu dekat ini akan melangkah menuju Nasional. Dibawah kepemimpinan Kepala Sekolah yaitu Ibu Dra. Liestyani Dhamayanti,M.Pd dan seluruh tim SSK yang diketuai Oleh Ibu Yani Soegiyanto,S.Pd mampu dan berhasil memboyong kejuaraan tersebut.

Tepat di tanggal 25 April 2024 kemarin kabar baik itu sampai di sekolahan kami. Diberikan langsung oleh Ibu  Purwanti, SKM, M.Kes, selaku Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana dengan didampingi oleh Ibu Dra. Sabta Endah Yulianti, MM, Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Sistem Informasi Keluarga, Gender dan Anak beserta Ibu Dra. Ani Ardi Suprijani, M.Pd dari Dinas pendidikan Kota Surakarta, SMPN 14 Surakarta menerima langsung Kejuaran tersebut, sekaligus siap melangkah menuju Nasional. 

Wahhh keren sekali ya SMP Negeri 14 Kota Surakarta

Selamat dan Sukses dalam mengikuti ajang SSK Tingkat Regional mewakili Provinsi Jawa Tengah. 

(dok smpn14ska Penyerahan Nota Dinas Juara 1 SSK tingkat Prov Jawa Tengah)


 

Di Indonesia pernikahan dini masih banyak terjadi baik di pedesaan maupun perkotaan. Inilah yang menjadikan Indonesia sebagai negara tertinggi kedua di asia dalam kasus pernikahan dini. Adanya beberapa faktor  pernikahan dibawah umur yang membuat generasi  menjadi rusak sehingga menjadikan banyaknya angka perceraian dan angka kematian. Pernikahan dini yang jika anak belum cukup umur, belum matangnya sistem reproduksi dan kematangan berfikir secara biologis, maka akan banyak menimbulkan  resiko pada pernikahan dini. Baik dari segi internal maupun eksternal yang mempengaruhi pernikahan dini terjadi.

Pernikahan dini atau biasa disebut pernikahan dibawah umur sudah terjadi dari zaman dahulu dan masih berlanjut sampai sekarang. Perubahan undang-undang yang dilakukan oleh Pemerintah diharapkan dpat menekan dalam kasus pernikahan dini .

Didalam hal ini SMPN 14 Kota Surakarta yang merupakan salah satu sekolah SSK gencar melatih para kader –kadernya senantiasa melakukan pendekatan kepada seluruh para siswa siswisupaya seluruh siswa siswi tidak terjerumus dalam pernikahan dini. Seperti yang dilakukan oleh salah satu Duta PIK R Ananda Paris dari kelas 8C, bagaimana dia membantu pihak sekolah mengupayakan penanggulangan pernikahan dini di lingkungan sekolahnya.

Kegiatan ini rutin dilakukan, dalam tempo sebulan sekali diharapkan cara ini dapat menekan keinginan para lulusan SMP untuk memiliki pernikahan lebih dini. Dan hebatnya dengan metode jemput bola seperti ini dirasakan sangat ampuh dikalangan anak anak remaja, selain dapat ,menjadi ajang curhat , anak anak juga secara jelas mendapatkan gambaran bahwa pernikahan yang terlalu dini adalah salah satu hal dalam pilihan hidup yang harus dihindari, mengingat anak-anak masih memiliki masa depan yang panjang dan cerah, serta SMPN 14 Kota Surakarta akan terus mengawal kegiatan ini.

(dok smpn14ska Kegiatan PIK R Sosialisasi Pernikahan Dini)

(dok smpn14ska Duta PIK R dalam kegiatan sosialisasi)




Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kurang gizi dalam jangka waktu lama, paparan infeksi berulang, dan kurang stimulasi. Stunting dipengaruhi oleh status kesehatan remaja, ibu hamil, pola makan balita, serta ekonomi, budaya, maupun faktor lingkungan seperti sanitasi dan akses terhadap layanan kesehatan ,1 dari 4 anak Indonesia mengalami stunting, kurang lebih ada 5 juta anak Indonesia mengalami stunting (Studi Status Gizi Indonesia, 2021). 

Stunting disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan. Faktor lingkungan, perilaku, dan layanan kesehatan sangat mempengaruhi.
            Kasus stunting sering terjadi pada keluarga dengan kondisi ekonomi rendah. Dengan mengatasi stunting, kita juga berkontribusi pada pengurangan kemiskinan dan ketidaksetaraan sosial.


(dok smpn14ska kegiatan sosialisasi stunting)

(dok smpn14ska kegiatan posyandu Lily)

Apabila generasi penerus kerap mengalami stunting, akankah Indonesia melihat generasi emas-nya di 2045? Indonesia menargetkan angka stunting turun hingga 14% pada tahun 2024, sementara angka stunting di tahun 2021 mencapai 24% dan 23% bayi lahir sudah stunting, maka intervensi harus dimulai sebelum bayi lahir—bahkan sejak perempuan masih di usia remaja.

dok smpn14ska kegiatan posyandu Lily)

 SMP N 14 Surakarta kembali menerjunkan para duta andalannya untuk bergerak dalam misi membantu pemerintah dalam menuntaskan Stunting di negara Indonesia, khususnya di kota Surakarta. Salah satu duta PIK-R ananda Hanisa dari kelas 8D terjun langsung ke salah satu Posyandu di sekitaran SMP N 14 Surakarta, yaitu kemarin pada Hari Sabtu 27 Mei 2024, bersama tim SSK dari sekolahan melakukan beberapa pengecekan kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan bayi dan balita agar dapat dipantau masih adakah bayi dan balita masuk kedalam golongan rawan stunting, kegiatan itu meliputi pengecekan tinggi badan lingkar lengan dan lingkar kepala, kemudian penghcekan buku KMS yang dimiliki oleh warga posyandu Lily VII di Kelurahan Purwodingratan.

dok smpn14ska kegiatan posyandu Lily)


MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget